Tugas 1
Mata Kuliah Manajemen Proyek Sistem Informasi
Nama : Sunarsih
NIM : 12152511
Kelas : 12.4A.35
Soal :
Buatlah metodologi manajemen proyek disertai
penjelasannya !
1.
Metodologi The Traditional Approach
2.
Metodologi Rational Unifed Process
3.
Metodologi Critical Chain
Jawaban :
Macam – macam
metodologi dalam manajemen proyek antara lain :
1.
Metodologi Tradisional (Metodologi The Traditional Approach)
Pendekatan Klasik (classical
approach) disebut juga dengan Pendekatan Tradisional (traditional approach)
atau Pendekatan Konvensional (conventional approach). Metodologi Pendekatan
Klasik mengembangkan sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life
Cycle. Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle. Permasalahan-permasalahan yang dapat
timbul pada Pendekatan Klasik adalah sebagai berikut :
Pengembangan perangkat lunak akan
menjadi sulit Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik
di dalammengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan
perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh
pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan alat-alat
seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data dictionary),
tabel keputusan (decision table). diagram IPO, bagan terstruktur (structured
chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan Pengembangan Sistem Informasi
pengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan alat-alat dan teknik-teknik
tersebut.
Didalam metodologi tradisional manajemen proyek
terdiri dari beberapa fase yaitu inisialisasi, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan fase akhir. Pada bagian ini akan
dibahas mengenai hal tersebut secara rinci.
dibahas mengenai hal tersebut secara rinci.
a.
Fase
Inisialisasi
Pada fase ini merupakan fase dalam hal studi
kelayakan. Dimana dalam studi kelayakan terdapat beberapa langkah
yang harus dilaksanakan. Salah satunya adalah analisis kebutuhan (requirements analysis), karena kelayakan
dari proyek sistem informasi didasarkan atas hasil dari requirements analysis ini. Hasil studi
kelayakan kemudian disusun dalam bentuk proposal proyek untuk kemudian
diajukan ke stakeholder.
b.
Fase
Perencanaan
Pelaksanaan fase ini lebih melibatkan tim pelaksana
proyek, meskipun pihak lain, seperti steering comittee tetap melaksanakan
fungsi pengendalian dari luar. Meskipun dari fase sebelumnya telah ada
requirements analysis, tetapi untuk menghasilkan rencana dan
desain pengembangan sistem informasi maka diperlukan analisis yang lebih
detail. Dalam fase ini sering terjadi revisi terhadap hasil analisis.
Hal ini umum terjadi karena mungkin saja
informasi yang didapatkan dari satu departemen dengan departemen yang
lain saling bertentangan atau bahkan tidak saling berhubungan akibat dari
buruknya arus kerja atau work flow dan standard operating procedure (SOP)
organisasi atau perusahaan tersebut.
c.
Fase
Pelaksanaan atau Pengembangan
Dalam fase ini aktivitas yang dilakukan adalah
melaksanakan tugas-tugas yang telah didefinisikan dalam fase sebelumnya untuk
menghasilkan software sesuai requirements. Aktivitas dalam lingkup
manajemen proyek sistem informasi adalah :
- Pemrograman (Development) - Quality assurance (QA)
- Testing
- Dokumentasi
Umumnya
fase ini dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih panjang dibanding fase
lain. Berbeda dengan fase lain, fase ini juga menghasilkan produk berupa software yang nantinya akan
digunakan oleh klien, yang artinya akan digunakan oleh pihak di luar tim
pelaksana proyek. Oleh karena itu, dalam proyek sistem informasi yang
besar dan kompleks, aktivitas testing
dan QA harus ada.
d.
Sistem
Pengawasan dan Kontrol
Fase ini terdiri dari proses-proses yang dilakukan
untuk observasi pelaksanaan proyek untuk menghindari potensi masalah yang
bisa segera diidentifikasi dan jika diperlukan, tindakan koreksi dapat
segera dilakukan. Manfaatnya adalah kinerja proyek dapat diamati dan
diukur secara rutin agar jika terjadi penyimpangan pelaksanaan proyek
terhadap rencana dandesain dapat segera diantisipasi. Pengawasan dan
pengendalian terdiri dari :
1) Mengukur
aktivitas proyek yang tengah dilaksanakan (menentukan posisi pelaksanaan proyek
saat ini).
2) Mengawasi
variabel (biaya, waktu, sumberdaya dan sebagainya) proyek terhadap
rencana dan desain yang telah disepakati (posisi yang seharusnya dicapai).
3) Identifikasi
tindakan korektif jika terjadi penyimpangan (mengembalikan ke posisi yang seharusnya).
4) Mengarahkan
pengendalian terpusat agar hanya setiap perubahan terhadap rencana
proyek yang telah disetujui saja yang bisa diimplementasikan.
e.
Fase Akhir
Dalam fase ini proyek telah memasuki tahap akhir di
mana produk software telah diinstalasikan, dioperasikan, dan dimanfaatkan
oleh klien. Ada dua aktivitas yang dilakukan dalam fase ini yaitu :
1) Penutupan
proyek.
2) Memasuki masa
maintenance yang dapat dilanjutkan dengan kontrak baru.
Maintenance penting mengingat produk software tidak bisa 100% bebas dari
kemungkinan error atau bugs.
2.
Metodologi
Rational Unified Process
RUP (Relational Unified Process) adalah proses rekayasa software dengan pendekatan
alokasi tugas-tugas dan tanggung jawab dalam organisasi pengembangan
software. Tujuannya adalah untuk memastikan software yang dihasilkan
berkualitas tinggi yang memenuhi kebutuhan klien dengan jadwal dan
anggaran yang telah ditentukan. Cara RUP meningkatkan produktivitas tim yang
terlibat adalah dengan menyediakan untuk setiap anggota, akses pada
knowledge base dengan petunjuk, template, dan alat bantu untuk
mendukung aktivitas penting dalam pengembangan software.
Knowledgebase ini berisi pengalaman-pengalaman terbaik yang
terbukti berhasil (best practices), yaitu
:
a. Pengembangan
sofware secara iteratif.
b. Mengelola
requirements.
c. Menggunakan
component-component architectures. f. Pengendalian perubahan pada software.
d. Model software
secara visual.
e. Verifikasi
kualitas software.
Walaupun dalam prosesnya tetap melalui tahap-tahap
sebaagaimana siklus hidup manajemen proyek, tetapi dalam setiap fasenya
selalu dilakukan peninjauan ulang terhadap setiap deliverables
yang dihasilkan masing-masing fase agar tercapai kualitas yang diinginkan
dan untuk mengakomodasi perubahan-perubahan yang terjadi secara dinamis.
Untuk melakukannya dibutuhkan knowledge base yang dapat diakses oleh
setiap anggota tim yang berkepentingan, yang juga dapat memberikan kontribusi
dalam memperkaya knowledge base tersebut. Dengan demikian hasil akhir proyek
adalah produk yang berkualitas dan memberikan manfaat yang memuaskan semua
pihak. RUP
menggunakan konsep object oriented, dengan aktifitas yang berfokus pada
pengembangan model dengan menggunakan Unified Model Language(UML). Melalui
gambar dibawah dapat dilihat bahwa RUP memiliki, yaitu:
Dimensi
pertamata gambarkan secara horizontal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek dinamis dari
pengembangan perangkat lunak. Aspek ini dijabarkan dalam tahapan pengembangan
atau fase. Setiap fase akan memiliki suatu major milestoneyang menandakan akhir
dari awal dari phase selanjutnya. Setiap phase dapat berdiri dari satu beberapa
iterasi. Dimensi ini terdiri atas Inception, Elaboration,
Construction, dan Transition.
Dimensi
kedua digambarkan secara vertikal. Dimensi ini mewakili aspek-aspek statis dari
proses pengembangan perangkat lunak yang dikelompokkan ke dalam beberapa
disiplin. Proses pengembangan perangkat lunak yang dijelaskan kedalam beberapa
disiplin terdiri dari empat elemen penting, yakni who is doing, what, how dan
when.
Fase RUP
1.
Inception/insepsi
a.
Menentukan Ruang lingkup proyek
b.
Membuat 'Business Case'
c. Menjawab pertanyaan 'apakah yang dikerjakan dapat
menciptakan 'good business sense' sehingga proyek dapat dilanjutkan
2.
Elaboration/elaborasi
a.
Menganalisa berbagai persyaratan dan resiko
b.
Menetapkan 'Base line'
c.
Merencanakan fase berikutnya yaitu construction
3.
Construction/kontruksi
a.
Melakukan sederetan iterasi
b.
Pada setiap iterasi akan melibatkan prose analisa
desain, implementasi dan testing
4.
Transition/Transisi
a.
Membuat apa yang sudah dimodelkan menjadi suatu produk
jadi
b. Dalam fase ini dilakukan Beta dan performance testing,
Membuat dokumentasi tambahan (training, user guide dan sales kit), Membuat
rencana peluncuran produk ke komunitas pengguna
3.
Critical
Chain Project Management
Setiap proyek atau usaha memerlukan seseorang atau
sebuah organisasi untuk memanajemen tugas-tugas yang berkaitan dengan
proyek yang akan dikerjakan. Setiap proyek memiliki waktu penyelesaian
masing-masing, biaya masing-masing, sumber daya yang berbeda-beda dan kenadala
yang berbedabeda pula. Critical
Chain Project Management menjadi salah satu jalan keluar dalam membantu
memanajemen proyek. CCPM adalah turunan dari manajemen CPM ( Critical Path Management ).
Critical Chain Project Management atau dikenal juga
sebagai Metode Rantai Kritis adalah metode perencanaan dan pengolahan
proyek yang menekankan pada sumber daya ( sik dan manusia ) yang
diperlukan dalam rangka melakukan tugas-tugas proyek. Tujuan dari penggunaan
CCPM dalam menyelesaikan proyek adalah untuk meningkatkan tingkat
throughput atau tingkat penyelesaian proyek. Sebuah aplikasi dari Teori
Kendala (TOC) untuk proyekproyek.Tujuannya adalah untuk meningkatkan tingkat
throughput (atau tingkat penyelesaian) proyek dalam suatu organisasi.
Menerapkan tiga pertama dari lima langkah fokus dari TOC, kendala sistem
untuk semua proyek yang diidenti kasi sebagai sumber daya.
Untuk mengeksploitasi kendala, tugas pada
rantai kritis diberikan prioritas di atas semua kegiatan lainnya. Akhirnya,
proyek yang direncanakan dan dikelola untuk memastikan bahwa sumber daya
yang siap ketika tugas rantai kritis harus mulai, mensubordinasi semua
sumber daya lain untuk rantai kritis. Terlepas dari jenis proyek, rencana
proyek harus menjalani meratakan Sumber Daya, dan urutan terpanjang
terbatas sumber daya tugas harus diidenti kasi sebagai rantai kritis. Dalam
lingkungan multi-proyek, meratakan sumber daya harus dilakukan di seluruh
proyek. Namun, cukup sering untuk mengidenti kasi (atau pilih) a
"drum" tunggal sumber daya-sumber daya yang bertindak sebagai
kendala di proyek-proyek dan terhuyung berdasarkan ketersediaan sumber
daya tunggal itu.
CCPM
metode baru dalam revolusi cara berpikir yang dapat digunakan untuk menentukan bagaimana
mengurangi / mempercepat pengerjaan proyek dan meningkatkan kemampuan
penjadwalan dan budget yang telah ditentukan. Melepaskan yang lainnya,
membuktikan bahwa pengalaman manager projek telah mengetahui penting CCPM
dari satu dekade, dan kenunikan dari CCPM ada di terminologinya dari pada
isi pokoknya. Aplikasi atau software CCPM memerlukan software khusus yang
sekarang ini telah ditawarkan oleh beberapa vendor atau instansi yang
bukan untuk kebutuhan dagang pasar. Beberapa organisasi mengingat dengan baik
pengangkatan CCPM sebagai cara untuk meningkatkan kinerja projek yang
menyangkut hal biaya pasti, masalah ekonomi dan perubahan pada budaya dan
prosedur. Oleh sebab itu, kehati-hatian evaluasi dan penilaian dari CCPM
sangat berpotensi untuk membawa peningkatan perintah yang sikni
kan. Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui
lintasan kritis adalah sebagai berikut :
a. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan
seluruh pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya.
b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila
pekerjaan-pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat dipercepat.
c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui
penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan
di trade o (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash
program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan
biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan
tambahan biaya lembur.
d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada
pekerjaan yang tidak melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi
manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke
pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien.
Daftar Pustaka:
Rizani, Herman. 2015. Metodologi dalam Manajeman Proyek. Diambil dari:
Santosa. 1997.Manajemen Proyek.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dispohusodo. 1996. Manajemen Proyek
dan Konstruksi. Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar